Industri Komponen Berharap Ada Mobil Listrik Nasional

Menteri ESDM Ignasius Jonan mencoba motor listrik Gesits (Garasindo Electric Scooter ITS)  di halaman Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (19/10). Jonan yakin Motor Gesits yang yang sepenuhnya dibuat oleh mahasiswa ITS Surabaya dan didukung oleh Garasindo itu akan bisa bersaing dengan motor konvensional karena hemat energi dan ramah lingkungan. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww/17.

Para pelaku industri komponen otomotif berharap lahir merek- merek lokal dalam menyambut era mobil listrik di Indonesia. Lewat agen pemegang merek (APM) lokal, mereka berharap bisa memperoleh kesempatan lebih besar untuk dipilih jadi pemasok utama, bukan sesama asing.

Selama ini merek-merek dari Jepang pasti memilih pemasok-pemasok Tier I dari Jepang juga. Kita ini kebagian yang kecil-kecil saja, itu juga sudah sangat ketat seleksinya, kata Dewan Pengawas Perkumpulan Industri Kecil-Menengah Komponen Otomotif ( PIKKO), Wan Fauzi, di sela Focus Group Discussion bertajuk 'Senjakala Industri Komponen Otomotif dalam Menghadapi Era Mobil Listrik di Indonesia', Jakarta, Rabu (18/7/2018).

PIKKO saat ini, kata Fauzi, mayoritas anggotanya produsen komponen otomotif untuk Tier II dan III. Beberapa anggota sudah memasok ke pihak merek-merek Jepang mitra Grup Astra, seperti Toyota, Daihatsu, atau Isuzu.

Wan Fauzi mengatakan, selama ini anggota PIKKO memasok sekitar 30 persen kebutuhan komponen Agen Pemegang Merek (APM). Sementara 70 persen lainnya sudah dipasok dari vendor-vendor yang selama ini memiliki kontrak dengan APM.



"UKM seperti kami ini hanya memasok 30 persen dari kebutuhan industri otomotif nasional. Kami harapannya ingin menjadi pemasok Tier I dari APM tersebut. Kalau dengan adanya merek lokal, APM-nya lokal, kita tentu punya kesempatan lebih baik," kata Fauzi.

Agus Pambagio, Pengamat Kebijakan Publik, menegaskan, jangan terlalu berharap Indonesia punya mobil nasional, karena itu bakal menjadi cerita yang panjang untuk dicapai. Indonesia juga harus bersaing dengan tiga negara dominan di dunia, antara lain Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang, untuk bisa bersaing di pasar.

Jangan mimpi mobil nasional deh pak (Wan Fauzi). Yang paling penting, bagaimana caranya Indonesia bisa punya edit value dari proses perakitan otomotif di Indonesia. Kepentingan nasional, bukan harus punya mobil nasional, kalau itu jangan harap,kata Agus, membeberkan komentarnya.

Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika memastikan keputusan pemerintah untuk memulai produksi mobil listrik di dalam negeri tidak akan mematikan industri pendukung otomotif.

Menurutnya proyek mobil listrik justru menjadi peluang yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh PIKKO dan seluruh perusahaan kecil yang bernaung dibawahnya. Putu mencatat, untuk mobil plug in hybrid yang pertama kali akan digenjot produksinya di Indonesia justru membutuhkan komponen yang lebih banyak dibanding mobil konvensional

"Kalau untuk full mobil listrik memang komponennya hanya sekitar 20.000-an per satu unit. Sementara dalam peta jalan mobil listrik kan pemerintah menerapkannya bertahap, mulai dari plug in hybrid dulu butuh 37.000 komponen. Jadi kekhawatiran reduksi kebutuhan komponen belum ada," kata Putu.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel