Kaleidoskop 2018, Lahirnya AMMDes Kendaraan Desa Karya Anak Bangsa

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo saat meresmikan Alat Mekanis Multiguna Perdesaan ( AMMDes) di acara Gaikindo Indonesia Internasional Auto Show (GIIAS) 2018 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Kamis (02/08/2018). Pada pameran otomotif GIIAS kali ini mengusung tema Beyond Mobility yaitu mobil-mobil teknologi masa depan yang diklaim ramah lingkungan, Acara ini akan berlangsung hingga 12 Agustus 2018.

- Selain produk baru dari mobil dan motor, dunia otomotif Tanah Air juga kehadiran tamu baru di 2018. Tepat saat berlangsungnya pameran mobil nasional di Tangerang pada Agsutus lalu, Alat Mekanis Multiguna Pedesaan atau AMMDes, secara resmi diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo ( Jokowi).

Proyek AMMDes sendiri diawali dengan rencana pembuatan mobil desa yang waktu itu bertujuan untuk menggerakan perekonomian di desa-desa. Mulai sebagai pengangkut hasil tani, pengolahan padi, perairan, dan sebagainya.

Sukiyat yang dulu namanya tenar pada mobil nasional Esemka juga menjadi tokoh di balik lahirnya AMMDes. Pria asal Klaten, Jawa Tengah, ini akhirnya memilih fokus pada AMMDes setelah disingkirkan dari Esemka yang dulu dipeloporinya saat Jokowi masih mejawabat sebagai Wali Koto Solo.

Meski demikian Kiat mengakui bila AMMDes sendiri merupakan embrio dari Esemka. Berawal dari kecintaannya untuk membuat sebuah kendaraan, akhirnya Kiat berinisiatif untuk membuat sebuah kendaraan yang dikhususkan bagi para petani di desa.

"Awalnya dari ide membuat mobil untuk petani di desa yang saya beri nama Kiat Mahesa Nusantara (KMN) mulai dari 2014. Pada November 2017 meluncur prototipe AMMDes kedua yang dulu namanya itu masih Moda Angkutan Hemat Pedesaan atau Mahesa Nusantara, sempat dihadiri oleh pak Jokowi juga di begkel saya," ujar Kiat kepada Kompas.com, Senin (17/12/2018).

Singkat cerita, dari sambutan hangat Jokowi tersebut, akhirnya muncul gagasan untuk membuat dan mengembangakan menjadi AMMDes yang seiring dengan terbukanya kerjasama dengan PT Astra Otoparts Tbk melalui anak perusahaannya, PT Velasto Indonesia yang juga memproduksi mobil perkebunan bernama Wintor.

Peluang mewujudkan AMMDes makin besar setelah terjalinan kerja sama dengan Astra. Berawal dari Kiat Inovasi Indonesia (KII) dan PT Velasto akhirnya dibuat menjadi PT Kiat Mahesa Wintor Indonesia (KMWI) dan PT Kiat Mahesa Wintor Distributor (KMWD), sementara AMMDes pun diberi merek Kiat Mahesa Wintor (KMW).

Untuk KMWI memiliki fungsi untuk merancang, merekayasa, serta memproduksi AMMDes, sementara untuk KMWD akan bertugas untuk memasarkan, menjual, berserta pemasaran suku cadang dan aktifitas aftersalesnya. Menurut Kiat, KMWI akan berkantor di kawasan Citeureup, Bogor, sementara KMWD tetap berada di Klaten.

Sedangkan untuk kepemilikan saham, menurut Kiat, pihaknya melalui KII hanya memegang saham 49 persen. Sedangkan sisanya sebesar 51 persen lagi oleh Velasto.

Produksi massal AMMDes akan dimulai pada Januari 2019. Lokasi pabrikan akan terbagi dua, pertama di Citeureup bersama dengan Wintor, sementara yang kedua berada di Klaten. Saat ini sendiri tahapannya sudah sampai pemasangan line produksi, namun untuk yang di Klaten sendiri baru akan dimulai saat April 2019.

"Target 2019 itu jumlah produksi awal 3.000 unit, lalu akan dinaikan menjadi 9.000 unit, dan totalnya 15.000 unit per tahun. Tapi nanti itu kita lihat pasarnya dulu sampai semana, kalau sejauh ini beberapa sudah dipesan oleh pedesaan di Indonesia, seperti Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Timur, dan Balikpapan, untuk jumlah saya belum dapat rekapnya," papar Kiat.

AMMDes dibuat berdasarkan basis kendaraan pikap, meski rupanya seperti mobil, namun Kiat menolak menyebut AMMDes sebagai sebuah mobil, melainkan kendaraan. AMMDes memiliki dimensi panjang 358 cm, lebar 137 cm, dan tinggi 190 cm, yang digerakan melalui mesin diesel 550 cc bertenaga 14 tk dan disalurkan melalui penggerak roda belakang.

Sebagai kendaraan desa, AMMDes sudah dilengkapi dengan kaki-kaki yang kokoh melalui suspensi double arm pada bagian depan, trailing arm di belakang lengkap dengan empat piringan cakram serta ban mud terrain (MT) berdimensi 185/80 R13. Sedangkan untuk daya angkutnya sendiri mencapai 700 kg.


Kendaraan karya anak bangsa yang diklaim memiliki kandungan lokal mencapai 70 persen tersebut akan diluncurkan dengan tiga tipe, yakni tipe yaitu tipe fix bin dengan power take off (PTO-mengambil tenaga dari sumber lain dan mentransmisikan energi tersebut untuk aplikasi lain), tipe fixed bin dengan ALSINTAN dan tipe flat deck atau passenger dengan PTO.

Untuk unit yang mengaplikasi PTO dapat diintegrasikan dengan alat pemecah gabah, pemutih padi, pompa irigasi, generator dan berbagi peralatan lainnya. Sementara untuk harga jual diprediksi akan berkisara antara Rp 65 - Rp 70 jutaan.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel